CIPANAS – Direktur Gordah Institute Of Demokrasi and Political Education Arif Nurhakim merespons kondisi jelang paska Pemilu 2019 yang masih diisi suasana ketegangan. Arif pun menghimbau agar para kandidat dan juga pendukung-pendukung, elit masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat tidak menggunakan politik praktis untuk kepentingan sesaat.
“Para elit politik diharapkan tidak menggunakan politik untuk ambisi pribadi dan kelompoknya, dan mengeruk kepentingan semata bagi kelompoknya demi kekuasaan,” ungkap Arif Kurniawan.
Hal itu mengemuka saat kongkow bareng umat bertema “Pengaruh Kedewasaan Elite Serta Mewujudkan Pemilu Berintegritas” di Hotel Tirta Kencana Cipanas Garut, Selasa, 28 Mei 2019.
Lebih lanjut, Arif mengingatkan agar semua pihak tetap berdewasa dalam berpolitik. Kedewasaan politikpun sudah seharusnya ada dan menempel di jiwa elite-elite yang sedang bertarung di kontestasi demokrasi ini supaya nantinya bisa mengendalikan pendukung satu sama lain sehingga kerukunan dan keamanan tetap terjaga demi persatuan dan kesatuan NKRI.
“Kami ingin mendorong serta mewujudkan persatuan dan kesatuan antar umat berbangsa dan bernegara setelah terlaksananya pesta demokrasi, dan memberikan pembekalan atau pemahaman kepada kalangan muda tentang pentingnya integritas pemilu dalam sistem demokrasi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi terujudkan bangsa yang berkemajuan dan berkeadaban,” bebernya.
Selain itu, dia menyatakan agar masyarakat dan para elit politik bisa dewasa dalam menentukan sikap, karena keberagaman dan persatuan merupakan aset terpenting yang dimiliki bangsa Indonesia.
“Aset yang juga menjadi kekuatan besar bagi bangsa ini maka dari itu hendaknya kita bersama-sama menjaga, merawat dan memeliharanya,” kata Arif lagi.
Dikatakannya, Pemilu 2019 janganlah menjadi arena untuk memecah belah pendukung, jangan sampai bangsa Indonesia terbelah dikarenakan aksi dukung mendukung kandidat dengan mengabaikan etika politik, meninggalkan kesantunan bahkan menyebarkan ujaran-ujaran kebencian yang membuat suasana Pemilu 2019 gaduh dan tidak damai. Para kandidat, elit politik, tokoh-tokoh memiliki peran-peran yang strategis untuk membangun suasana damai Pemilu 2019.
“Mereka harus merawat bangsa ini bukan memecah belah hanya untuk kepentingan kekuasaan; dan bahkan menggunakan isu SARA dan mengumbar ujaran kebencian untuk mendapatkan dukungan masyarakat,” tuturnya.
“Bagaimanapun kebhinekaan yang telah kita jaga dan kita tumbuhkan jangan sampai tercabik-cabik dikarenakan Pemilu 2019. Kemerdekaan negara ini dibangun dengan fondasi kebhinekaan,” kata dia lagi.
Menurutnya, dengan menciptakan pemilu berintegritas menggunakan etika politik, untuk menghasilkan pimpinan-pimpinan yang amanah dan dapat dipercaya untuk mengelola negara ini menuju negara yang berkemajuan dan berkeadaban dalam bingkai kebhinekaan.
Indonesia adalah Mozaik kebhinekaan yang penuh dengan warna warni multikultural, multi etnis, dan beragam agama, serta pluralitas dalam kehidupan sosial kulturalnya. Indonesia tidak mengenal warga negra kelas satu, juga tidak mengenal warga negara kelas dua, semua warga negara sama kedudukannya dan memiliki tanggungjawab yang sama untuk memperjuangkan, merawat dan mempertahankan kedaulatan Indonesia sebagai bangsa yang tetap utuh, kokoh dan penuh toleransi yang harmonis.
“Berpolitik sewajarnya, Berkawan, bersaudara, bersilaturahmi selebih lebihnya antar sesama warga bangsa agar senantiasa negri ini selalu mendapat limpahan rahmat Tuhan yang Maha Kuasa,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan