Jakarta – Koordinator Lapangan Persatuan Alumni Napiter NKRI Seluruh Indonesia (PANNSI) Ustadz Sofyan Tsauri menasehati para pegiat HAM seperti Amnesty Internasional Indonesia maupun YLBHI agar peka melihat insiden kebrutalan KKB yang telah membunuh dua anggota Polisi di Lanny Jaya, Papua baru-baru ini.
“Peristiwa di Papua yang mana ada dua anggota Polri yang gugur dalam menjalankan tugas oleh aksi bersenjata KKB, aktivis dan pembela HAM kemana,” kata Ustadz Sofyan Tsauri, hari ini.
Dia juga menyinggung desakan para pembela HAM soal pelucutan senjata api anggota Polri yang kontra produktif dengan kejadian kekerasan KKB yang kerap menimpa aparat keamanan di Papua.
“Para anggota polisi dalam tugas-tugas tertentu yang memenuhi resiko besar itu memang harus dipersenjatai, jadi enggak semuanya digubiahuyah digeneralisir bahwa tidak semua anggota polisi tidak boleh membawa senjata. Dan kita sampai hari ini mendengar dari hari demi hari, bulan demi bulan dalam beberapa tahun polisi, TNI, tetap menjadi korban kekerasan bagi para KKB ini,” sambungnya.
Ustadz Sofyan Tsauri memberikan pesan penting kepada para pegiat dan pembela HAM yang kerap mengkritik aparat keamanan selama ini.
“Anda boleh mengkritik, boleh mengevaluasi, dan sebagainya. Tapi jangan sampai menghilangkan isensi, subtansi daripada persoalan yang sangat di Papua. Bahwa keamanan yang ada di sana menjadi harga mati bagi kita semua, dan kita harus terus mendukung keamanan yang ada di Papua,” sebutnya.
Kata dia, jika semua anggota Polri tidak boleh ada persenjataan dan ini akan memberikan ruang kepada KKB dan kelompok-kelompok separatis lainnya semakin merajalela untuk menyerang aparat keamanan.
“Jadi ini tolong dievaluasi tidak bisa digubiahuyah atau digeneralisir bahwa polisi tidak boleh membawa senjata dan ini akan terus membuat lega bagi para pelaku kejahatan bagi separatis seperti KKB dan sebagainya untuk terus mengganggu di stabilitas keamanan yang ada di bumi Papua,” tuturnya.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan