Oleh : Ngatawi Al Zastrouw
Budayawan, Tokoh Lesbumi NU
Mengkritisi sikap kritis ternyata lebih berat dan lebih berbahaya daripada bersikap kritis. Bisa hancur lebur dilindas arus. Di-bully dinista karena dianggap menghalangi perjuangan suci dan mulia.
Kata “kritis” telah menjadi mantra suci yang menyilaukan. Memiliki daya tarik yang membetot perhatian banyak orang sehingga hilang kesadaran. Kekuatan mantra “kritis” telah melebihi aji jaran goyang dan ilmu sirep yang membuat para korban hilang kesadaran. Hanya orang-orang yang terjaga kesadarannya, tetap eling dan waspada yang bisa terlepas dari mantra ini.
Padahal boleh jadi yang terlihat kritis dan heroik sebenarnya adalah para badut yang sedang cari panggung dan para penonton yang teriak kegirangan terbawa arus .
Entahlah… dunia sedang berbalik. Kalau udah kritis bisa dibawa ke UGD.
Tinggalkan Balasan