Serang – Tokoh Banten, Embay Mulya Syarief mengajak semua pihak merajut persatuan dan kedamaian bangsa. Juga menyerukan agar semua elemen masyarakat berkontribusi mensukseskan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober nanti.

Hal ini disampaikannya menyikapi peristiwa yang terjadi Papua. Sebagai tokoh Banten dan bagian elemen bangsa, Embay mengharapkan Negara Republik Indonesia tetap tentram dan damai.

Ia mengapresiasi, ada upaya anak bangsa turut menyejukan peristiwa yang terjadi Papua. Jalan dialog seperti yang dilakukan Pokja Wartawan Kota Serang dengan mengajak mahasiswa Banten asal Papua berdiskusi sangat diapresiasinya.

Begitu juga dialog yang dilakukan pihaknya dengan pelajar Banten asal Papua di Anyer, beberapa waktu lalu merupakan upaya dari para tokoh Banten untuk menjaga persatuan bangsa.

“Alhamdulilah seperti yang telah dilakukan teman-teman wartawan berdiskusi dengan mahasiawa Banten asal Papua, seperti pelajar yang kemarin saya temui di Anyer marbela. Saya katakan kepada mereka, kalian ini pelajar Banten asal Papua. Orangtua kalian disini saya, karena kan orangtua mereka jauh. Supaya mereka merasa, bahwa oh iya, kami ini bagian integral dari masyarakat Banten,” tutur Embay yang juga Ketua Forum Pembauran Kebangsaan di Provinsi Banten, kemarin.

Bagaimanapun juga baik masyarakat Banten, Papua dan seluruh provinsi yang ada di Indonesia, kata Embay, adalah bagian dari Bangsa Indonesia. Dia menyebut, Ikrar Sumpah Pemuda sudah menyatukan seluruh daerah menjadi satu tanah air. Walaupun berbeda-beda dengan keberagaman etnis dan budaya tetap satu nusantara.

“Jadi apapun sukunya, apapun etnisnya, mereka tetap saudara kita. Saudara keturunan, saudara sebangsa, saudara setanah air,” urainya.

Embay sedikit bercerita tentang kebhinekaan saat masa peradaban di Banten. Sejak zaman sebelum Kesultanan Banten, kata dia, masyarakat sudah berinteraksi dengan beragam etnis dan hidup damai. Lewat nilai-nilai inilah, kata dia, sejarah telah mengajarkan masyarakat Banten untuk hidup tentram berdampingan dengan warga multi etnis.

“Banyak sekali peninggalan–peninggalan sejarah yang menunjukan masyarakat Banten sudah sangat berbhineka sejak ratusan tahun. Insya Allah, di Banten ini karena masyarakat sudah terbiasa seperti itu kita tetap tenang dan mudah-mudahan jadi contoh dengan daerah lain,” paparnya.

Dia berharap, seluruh masyarakat dari beragam etnis yang ada di Banten dapat terus merajut kedamaian dan tidak terpancing oleh situasi apapun. Menurutnya, momentum Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober mendatang dapat dijadikan momentum untuk membangkitkan nasionalisme. Giat gelar budaya nusantara pada Hari Sumpah Pemuda dapat menjadi wadah dalam merajut kebangsaan.

“Malah mungkin, saat 28 oktober, mengapa tidak kita gelar budaya nusantara. Semua etnik dengan identitasnya, dengan kostumnya, dengan budayanya, kita gelar ramai-ramai dialun-alun. Nah itulah kita lakukan kembali dengan merajut kebangsaan,” paparnya.

Bagi warga Banten yang kembali ke Banten sebagaimana terdampak peristiwa Papua sebaiknya kembali ke kampung halaman. Pemerintah Provinsi Banten sudah menjaminnya. Nanti bila situasi kondusif barulah kembali ke Papua. Begitu juga bagi pelajar dan mahasiswa Banten asal Papua, diharapkan tetap fokus untuk belajar. Mereka tetap diminta menuntut ilmu sampai selesai.

“Diharapkan, mereka menuntut ilmu dengan serius, tanpa harus terprovokasi berbagai media yang memecah belah bangsa ini. Jadi nanti kalau mereka pulang kampung, mereka sudah punya ilmu. Jadi jangan sampai lulus S1 saja tapi kalau bisa sampai profesor belajarnya di Banten,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.