JAKARTA – Kelompok massa tergabung dalam Aktivis Gugat Novel (AGN) menggelar aksi solidaritas peduli korban sarang burung walet dan bakar lilin menuntut Tritura Adili Novel Baswedan di depan Gedung Kejaksaan Agung RI, Jakarta Selatan, Sabtu (11/7/2020).
Dalam aksinya tersebut, para korban sarang burung walet yang diduga dianiaya Novel Baswedan menyampaikan keluh kesah penderitaan yang mereka alami bahkan dampak yang dialami keluarganya.
Salah satunya adalah Dedi Nuryadi yang disebut korban salah tangkap dari kasus tersebut. Kata dia, keluarganya khususnya anaknya merasa malu karena teman-temannya menuding orang tuanya adalah maling.
“Anak saya bahkan merasa malu terhadap teman-temannya bahkan dia sampai berkelahi karena mengatakan bahwa bapaknya adalah maling. Mendengar hal itu siapa yang tidak sakit hati,” tegas Dedi.
Makanya, ia bersama keluarganya menantikan keadilan agar kasus tersebut bisa disidangkan demi mengembalikan harga dirinya.
“Saat ini keluarga dan anak saya sudah menunggu keputusan sidang nya karena sudah lama kami di sini. Keluarga sangat menunggu hasil ini terlebih mereka sangat yakin kalau saya tidak bersalah. Saya ingin mengembalikan harga diri,” kata Dedi lagi.
Dedi memohon kepada Presiden Jokowi untuk tidak takut dengan Novel and the genk dan mengembalikan berkasnya ke Kejaksaan Bengkulu.
“Tolong bapak Presiden jangan takut, sampaikan kepada Jaksa Agung agar mengembalikan berkasnya kepada Kejaksaan Bengkulu, agar kasus ini segera di sidangkan. Saya tidak bersalah, jangan dibeda-bedakan dalam penegakan hukum. Novel saat terkena air keras langsung cepat prosesnya dan pengobatannya bahkan sampai ke Singapura. Kok kami tidak ada kejelasannya,” beber Dedi.
Korban lainnya, Irwansyah mengaku keluarganya banyak mengalami kerugian atas kasus tersebut, baik kerugian materi bahkan penderitaan dari anak dan keluarga.
“Yang kami rasakan dari kasus ini, kerugian materi dan terlebih jauh dari anak dan keluarga. Namun demi keadilan dinegeri ini kemanapun akan kami datangi,” ucapnya.
“Buka kasus ini terang benderang jangan lagi masyarakat bertanya-tanya apakah salah atau benar,” sebutnya.
Hal senada juga dirasakan Dony Yefrizal Siregar yang juga korban sarang walet jauh-jauh datang dari Medan yang
keluarganya mengalami kerugian materiil dan moril.
M. Rusli justru mengeluhkan cacat permanen dari kejadian tersebut. Ia berharap agar Presiden berbelas kasih melihat penderitaan yang mereka alami.
“Kami sudah meninggalkan keluarga dan anak kami demi berjalannya proses hukum ini,” jelasnya.
Ditempat yang sama, Aktivis Gugat Novel Daud Ibrahim menyatakan pihaknya siap mendukung upaya penegakan hukum agar penuntasan kasus tersebut tidak diskriminatif.
“Kami sudah mendengarkan langsung keluhan dan penderitaan korban dan keluarganya. Berikan akses keadilan hukum dinegeri ini bagi rakyat kecil,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan