JOGJA – Banyak pihak mengira UU Otsus Papua, UU 21/2001 akan segera berakhir setelah 20 tahun. Karena itu banyak elemen masyarakat Papua yang bereaksi terhadap rencana Pemerintah melakukan revisi kebijakan otonomi khusus.
Sebulan terakhir ini banyak reaksi menolak otsus dalam berbagai bentuk pernyataan, baik melalui media maupun aksi demo di berbagai kota.
Ketua Gugus Tugas Papua UGM Jogya Bambang Purwoko menilai aneh dengan gerakan demo menolak Otsus Papua jilid 2 tersebut. Dia menuding pihak yang menolak tersebut tak paham dengan substansi Otsus.
“Menurut saya ini aneh. Sangat aneh. Mengapa? Aksi penolakan tersebut menunjukkan bahwa mereka, yang menolak Otsus, adalah orang-orang yang tidak paham substansi Otsus,” ungkap Bambang Purwoko, 9 Oktober 2020.
“Sangat aneh jika sekarang mereka teriak-teriak menolak Otsus,” kata dia lagi.
Ia pun mengajak semua pihak mencermati dengan tenang terkait Otsus tersebut. Jika mahasiswa sekarang lakukan aksi menolak Otsus, apakah mereka tidak berpikir bahwa biaya pendidikan yang mereka nikmati seumur hidupnya sampai saat ini adalah berasal dari kebijakan otsus?
“Lebih aneh lagi jika ada politisi, apakah di DPRP ataupun MRP yang sekarang teriak lantang menolak otsus. Bukankah posisi jabatan yanf mereka duduki sekarang ini adalah hasil dari kebijakan otsus?,” katanya.
“Jika mereka menolak otsus, berarti mereka menolak mengakui adanya Lembaga Politik DPRP dan MRP yang merupakan produk otsus,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan