Jakarta, Berkeadilan.com – Para tokoh pemuda dan Mahasiswa Papua menyatakan bahwa rakyat Papua tak merasa memberikan sumbangan kepada Veronica Koman untuk mengembalikan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
“Orang Papua dan masyarakat di kampung tidak pernah merasa menyumbang buat Veronica Koman,” kata inisiator Aktivis Cinta Papua, Bio Werfete dalam konferensi persnya di bilangan Jakarta, Jumat (18/9/2020).
Ia menyatakan bahwa dari pada uang mereka dipakai untuk menyumbang Veronica Koman, lebih baik digunakan untuk membangun masyarakat Papua dengan pengelolaan dan pembangunan Sumber Daya Masyarakat (SDM).
“Lebih baik kita membantu pembangunan SDM melalui program beasiswa, itu sangat penting untuk generasi muda Papua,” jelasnya.
Kemudian, Pemuda asal Papua, Jefri Papare menyatakan bahwa masyarakat Papua tidak merasa memberikan sumbangan kepada Veronica Koman untuk mengganti dana beasiswanya di Australia yang diminta agar dikembalikan oleh negara itu.
“Kami tidak merasa bahwa menyumbangkan uang ke Veronica Koman untuk melunasi utangnya di LPDP,” kata Jefri.
Dari pada disumbangkan kepada Vero, sebaiknya uang negara dibagikan kepada para pelajar di Papua, karena mereka jauh lebih membutuhkan.
“Maksud saya orang Papua lebih penting dengan pendidikan, saat ini banyak anak Papua yang sekolah diusir di kosan karena kekurangan biaya, ada yang nilainya tidak keluar karena belum bayar uang semester. Kan ini lebih penting daripada Veronica Koman,” tandasnya.
Papua perlu beasiswa pendidikan
Dalam kesempatan itu pula, Bio merasa bahwa penjaringan beasiswa kepada para pelajar asal Papua perlu untuk dilanjutkan, salah satunya adalah pendistribusian melalui jalur dana otonomi khusus (Otsus) Papua.
“Proses rekruitmen beasiswa tetap dilanjutkan melalui anggaran Otsus Papua, itupun harus secara adil dan sesuai ketentuan kriteria tertentu, bila perlu diatur dalam Perda,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Jefri. Menurutnya, penjaringan beasiswa pendidikan bagi generasi bangsa asal Papua perlu dilakukan dengan baik. Karena pendidikan harus juga didasari atas minat dan bakat sehingga para generasi muda Papua mampu bersaing di dunia kerja nantinya.
“Pendidikan di Papua harus berbasis minat dan bakat untuk menghadapi lapangan kerja, biar menjadi ahli di bidangnya,” tuturnya.
Masih di dalam kesempatan yang sama, salah satu Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang juga menjadi peserta penerima beasiswa pendidikan dari pemerintah, Beto Torabe juga menyebutkan, bahwa sejauh ini kualitas pendidikan di Papua masih sangat kurang, sehingga perlu ada keseriusan dari pemerintah untuk menyikapinya.
“Pendidikan Papua masih kurang, jadi perlu ditingkatkan, sehingga SDM Papua itu meningkat dan bisa bersaing dengan daerah lain,” kata Beto.
Dukung program otsus Papua
Dan ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah memberikan bantuan beasiswa kepadanya, sehingga ia bisa tetap melanjutkan proses pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi lagi.
“Saya juga sekolah dapat beasiswa pendidikan dari pemerintah, jadi saya merasa bersyukur kepada pemerintah yang membantu saya secara pribadi untuk mengejar masa depan. Apalagi orang tua saya kurang mampu,” tandasnya.
Oleh karena itu, Beto pun menyatakan mendukung pemerintah untuk melanjutkan program otonomi khusus Papua. Karena dengan program itu, banyak anak-anak Papua yang bisa mengakses bantuan berupa beasiswa pendidikan untuk meningkatkan kualitas diri mereka masing-masing, khususnya untuk bersiap menghadapi tantangan kehidupan.
“Jadi saya sepakat kalau Otsus dilanjutkan, karena menyangkut masa depan kami sebagai anak Papua yang menempuh pendidikan. Kalau Otsus dihentikan, bagaimana dengan nasib kami,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan