Rimanews.id – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai bahwa adzan maghrib hanya ditayangkan dalam bentuk running text khusus untuk hari ini, Kamis 5 September 2024 seharusnya tak menjadi persoalan serius.

Hal ini menurut Habib Syakur, seruan pemerintah melalui Kementerian Agama dan Kementerian Komunikasi dan Informatika tidak sedang menggeser esensi adzan. Sebab, adzan yang sesungguhnya di masjid dan musholla tidak ditiadakan.

“Ya nggak masalah, ini kan hanya mengubah konteks siaran saja ya. Di masjid dan musholla tidak diganti running text juga, jadi tetap bisa adzan,” kata Habib Syakur kepada wartawan, Kamis (5/9).

Bahkan penayangan adzan maghrib dengan running text berbarengan dengan berjalannya misa massal bersama Paus Fransiskus di SUGBK Senayan, Jakarta Pusat tersebut menunjukkan bahwa pemerintah menjalankan prinsip keadilan dan kesetaraan.

“Tayangan adzan kan masih ditayangkan ya, walau hanya dalam bentuk running text. Saya kira juga masyarakat muslim tidak menjadikan adzan di televisi sebagai patokan utama, tapi lantunan adzan di masjid dan musholla. Malah ini bentuk ekspresi toleransi menurut saya,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia pun berharap agar masyarakat khususnya umat Islam tidak perlu ada yang mempersoalkan tentang tayangan adzan running text tersebut. Apalagi hal ini hanya dilakukan satu kali saja dalam rangka memberikan penghormatan atas kegiatan misa massal umat Katolik di seluruh Indonesia.

“Yang di Indonesia Timur dan Indonesia Tengah kan ikut misa dari televisi, mereka ingin bisa khidmat. Kita hanya diberlakukan semacam ini satu kali dan itu tidak menghilangkan esensi. Mengapa kita harus marah, justru dengan begitu kita malah tidak toleran,” ucapnya.

Dalam konteks ini, ulama asal Malang Raya tersebut pun mengajak seluruh umat Islam menjalankan keislamannya dengan sebaik-baiknya. Di mana Islam memberikan rahmat bagi seluruh alam, dengan tidak bertindak radikal dan intoleran.

“Mari kita tunjukkan bagaimana Islam yang sejuk, tidak ngamukan dan sangat toleran terhadap perbedaan. Mengubah adzan running text sekali untuk menghormati saudara Katolik kita tidak akan mengubah keimanan dan keislaman kita kan,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.