Jakarta – Peneliti CIE Sayuti angkat bicara perihal kemunculan Ratna Sarumpaet yang tiba-tiba menyampaikan dirinya membentuk Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) untuk menolak Pemilu 2024.

“Ada (Ratna Sarumpaet) ratu hoax, tiba-tiba muncul. Ada orderan apa lagi nih setiap mau Pemilu. Jangan lupa pakai topengnya saat konferensi pers tolak Pemilu,” tegas Sayuti, Rabu (9/8/2023).

Kata dia, jika bicara Ratna Sarumpaet jadi teringat kejadian yang pernah bikin heboh publik tanah air. Saat itu, Ratna mengaku dikeroyok sejumlah orang di Bandung hingga wajahnya babak belur.

Namun, fakta sesungguhnya berbanding terbalik. Wajahnya yang lebam bukan akibat kekerasan fisik melainkan efek samping dari operasi sedot lemak. Tak lama setelah polisi mengungkap fakta-fakta tersebut, Ratna pun mengakui kebohongannya.

“Ada sanksi sosial yang luar biasa, seperti menyandang predikat ratu hoax. Jadi kita menolak lupa kejadian operasi plastik,” ucapnya.

“Jejak digital kontroversi Ratna Sarumpaet masih membekas, dan masih banyak sebenarnya. Yang paling heboh ya kontroversi penganiayaan padahal oplas,” pungkasnya.

Sebelumnya, bersama GSI, Ratna mantap mengatakan bahwa pihaknya menolak Pemilu 2024. Menurutnya, dari ketiga bakal capres itu tidak menunjukkan keseriusannya ingin mengubah bangsa Indonesia.

Ketiga bacapres yang dimaksud Ratna yaitu Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Ratna menuturkan, dia baru akan berpartisipasi pada pemilu jika di antara tiga bakal calon tersebut ada yang mengatakan mau kembali ke UUD 1945 yang asli.

Temukan juga kami di Google News.