Kegiatan Talk Show Bincang Velox menghadirkan narasumber Ketua Umum DPP GMNI, Arjuna Putra Aldino. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 24 September 2020, di Jakarta dalam rangka memberikan literasi kepada masyarakat terkait kesadaran politik dalam menyuarakan kritik, serta memastikan demokrasi terus terpelihara namun tetap konstitusional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) adalah tokoh-tokoh lama yang kalah pada Pilpres 2019. Selain itu, para mantan pejabat atau elit politik yang tergabung di KAMI juga merupakan barisan sakit hati yang terkena resuffle di kabinet Pemerintahan Jokowi. Kemudian mereka berkumpul membuat gerakan KAMI.
Arjuna mengatakan, “Mereka berkeliling ke kota-kota artinya mereka melakukan gerakan yang terorganisir dan terkonsolidasi. Dan melakukan deklarasi artinya jelas KAMI merupakan gerakan politik”.
“Mereka selalu mengatakan bahwa ini merupakan bagian dari demokrasi, tetapi mereka tidak mau ikut dalam pemilihan umum dalam demokrasi. Klo mereka ingin merubah arah bangsa ini seharusnya mereka masuk kepada mekanisme Pemilu,” ujarnya.
“Orang-orang yang tergabung yang isinya mantan pejabat, artinya tidak merepresentasikan suara rakyat. Mereka hanya menginginkan jabatan yang selama ini tidak mereka dapatkan di pemerintahan,” tambah Arjuna.
KAMI berlindung dibawah demokrasi, tetapi mereka tidak percaya terhadap demokrasi itu sendiri. Mereka tidak mau mengikuti sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Paradoks gerakan mereka selama ini hanya untuk mendorong kepentingan elite tertentu.
Gerakan KAMI sudah kehilangan arah dan mengarah kepada gerakan anarkisme. Mereka melakukan gerakan politik tetapi tidak mau mengakui bahwa mereka gerakan politik tetapi gerakan moral. Selain itu, telah melakukan justifikasi yang selalu mendiskreditkan pemerintah.
Namun demikian. Pemerintah perlu mengajak kelompok KAMI untuk berdialog secara persuasif, agar narasi yang dibentuk dengan membangun solidaritas dengan menggunakan semangat kebencian untuk mendiskreditkan pemerintah. “Masyarakat agar tidak terpengaruh oleh gerakan KAMI. Selama ini gerakan KAMI hanya gerakan elit dan tidak terlalu berdampak terhadap masyarakat, namun cenderung membuat gaduh,” ujar Arjuna.
Gerakan KAMI merupakan prakondisi Pilpres 2024. Masyarakat perlu kritis terhadap gerakan seperti itu, dimana masyarakat banyak diorganisir oleh kebohongan. Para kelompok barisan sakit hati tidak mempedulikan kebohongan atau tidak, tapi mereka selalu membawa sentimen politik. Masyarakat agar tidak berpengaruh oleh provokasi yang belum tentu kebenarannya.
Tinggalkan Balasan