Keterlibatan perempuan dalam kegiatan terorisme sudah semakin masif. Kaum perempuan tidak hanya dijadikan sebagai pelindung bagi teroris laki-laki saja, kini mereka juga sudah dijadikan pelaku aksi bom bunuh diri maupun penyerangan di sejumlah wilayah.
Pengamat terorisme, Dr.H. Muslih Nashoha, mengatakan awalnya kaum perempuan tidak mengetahui jika dirinya sudah masuk kedalam lingkaran aksi terorisme. Kapasitas perempuan yang rentan dipengaruhi dan mudah percaya, menjadikan mereka gampang dimanfaatkan oleh kelompok ekstrimis. Hal ini disampaikan Muslih Nashoha dalam Talkshow Bincang Velox bertajuk “Perempuan dan Terorisme”, Jumat (24/7) kemarin.
“Kaum perempuan ini gampang percaya, gampang dipengaruhi, jadi kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh kelompok teroris. Kita pun tahu bahwa perempuan ini tidak sepenuhnya tahu kalau terlibat dalam jaringan terorisme”, ujar Muslih.
Muslih Nashoha meminta perempuan meningkatkan kewaspadaan terhadap kegiatan-kegiatan yang dicurigai memiliki keterhubungan dengan jaringan terorisme. Kaum perempuan sebaiknya memaksimalkan dirinya dalam kegiatan yang positif, seperti berdagang makanan, kerajinan tangan ataupun lainnya. Hal itu dilakukan agar mencegah eksploitasi perempuan dalam kegiatan terorisme. Koordinasi antara BNPT, BIN, serta aparat keamanan juga perlu ditingkatkan agar perkembangan jaringan terorisme di Indonesia dapat diberantas.
Di kesempatan yang sama, Deputi Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Hari Purwanto melihat bahwa pemanfaatan perempuan dalam jaringan terorisme di Indonesia mencontoh kelompok terorisme di Timur Tengah. Doktrinisasi maupun agitasi oleh kelompok terorisme ini terus dilakukan, dengan mengatasnamakan perjuangan agama.
“Pelibatan perempuan dalam jaringan terorisme di Indonesia itu sebenarnya mengikuti gaya rekrutmen kelompok terorisme di Timur Tengah. Perempuan jika disentuh hatinya, maka mudah dipengaruhi. Keyakinan mereka untuk terlibat dalam aksi terorisme akan semakin bulat”, kata Wawan Hari Purwanto.
Hingga kini, terang Wawan, BIN terus melakukan berbagai cara agar jaringan terorisme di Indonesia dapat diputus. Upaya itu dapat dilakukan dengan terus memberikan literasi kepada masyarakat akan bahaya aksi terorisme, serta melakukan patroli siber di media sosial.
“Kita terus melakukan berbagai cara untuk menangkal jaringan terorisme di Indonesia, baik terus secara berkelanjutan memberkan literasi kepada masyarakat dan melakukan patroli siber di media sosial. Upaya ini juga dilakukan dengan bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat”, ucap Wawan.
Terakhir, Wawan meminta kepada masyarakat untuk ikut serta menjaga perdamaian dan keamanan di Indonesia. Upaya pemutusan jaringan terorisme, terutama kepada perempuan, tidak dapat berjalan efektif jika tanpa partisipasi masyarakat. Negara Indonesia harus menjadi model dalam upaya pemberantasan terhadap jaringan terorisme. “Kita harus putus jaringan terorisme di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor bagi upaya perdamaian di dunia”, tutup Wawan.
Tinggalkan Balasan