TARAKAN – Penyerangan terhadap kepolisian di Kalimantan Selatan maupun di Jawa Tengah, menjadi perhatian Kementerian Agama agar masyarakat tidak terprovokasi dengan oknum tertentu. Terutama dalam rangka menghadapi tahapan Pilkada serentak dan penanganan pandemi Covid-19.
“Jangan terprovokasi dengan isu yang tidak dipastikan kebenarannya. Saya harapkan masyarakat bisa menahan diri agar tidak melakukan penyerangan yang merugikan orang lain, maupun diri sendiri,” ujar Kepala Kemenag Tarakan, H.M Shaberah, ditemui Senin (22/6).
Masyarakat juga diminta jangan terprovokasi adanya isu yang berkembang, terutama yang berkaitan radikalisme dan terorisme. Ia berharap, keadaan tetap kondusif, aman dan damai seperti saat ini menghadapi Pilkada serentak di Kaltara maupun Tarakan.
“Tabayyun (teliti), kalau ada berita-berita yang dikirim ke media sosial, whatshapp dan sebagainya. Jangan langsung dipercaya yang akhirnya melakukan tindakan yang tidak baik,” imbuhnya.
Wakil Ketua MUI Kaltara, Syamsi Sarman menambahkan aparat harus tetap waspada pada potensi kerawanan, dari aspek radikalisme dan kriminal. Saat pemerintah dan TNI Polri sedang sibuk dengan penanggulangan pandemi Covid-19, tetap harus berhati-hati dengan pihak-pihak yang bisa memanfaatkan kelengahan dan keabaian masyarakat, pemerintah dan aparat.
“Kita tidak tahu, gerakan radikal, bawah tanah. Mereka justru memanfaatkan kelengahan pemerintah, aparat TNI dan Polri,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltara.
Selain itu, masyarakat juga tidak boleh lengah atau abaikan saat sibuk dengan penanganan Covid-19. Termasuk Ketua RT sebagai ujung tombak, pemimpin di masyarakat paling bawah untuk peduli dan tanggap termasuk kepada pendatang baru.
“Saat ini kan yang paling dirawankan, orang yang datang dengan alasan di PHK misalnya dari daerah lain dan masuk ke Tarakan. Ini kan berbahaya, makanya Ketua RT mohon peduli pada masyarakatnya dan warganya yang harus diwaspadai,” tandasnya.
Masyarakat juga diharapkan untuk tidak terprovokasi berita di media sosial, ada yang benar dan ada yang hoaks. Seperti pemberitaan yang sifatnya mengompori dan memprovokasi.
“Kita tetap waspada dan segala sesuatu serahkan kepada yang berwenang,” tegasnya.
Tinggalkan Balasan