JAYAPURA – Kelompok mahasiswa Papua yang berada di Kota Studi Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura diminta untuk menolak ajakan atau hasutan yang merugikan menjelang 1 Desember ini.
“Sebab bila kita terhasut maka itu akan bisa merusak nilai-nilai kebersamaan kita,” ungkap Ketua Tim 61, Pdt. Alberth Yoku saat menggelar acara “Kami pemuda Papua adalah pemuda Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di Aula Puspenka, Sentani, Minggu (24/11/2019).
Makanya, lanjut dia, guna mengantisipasi hal itu, pihaknya memberikan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat nasionalis dan netral dalam kegiatan tersebut. Menurutnya, perbedaan-perbedaan yang dulu dialami seharusnya kini sudah diganti dengan pikiran positif sebab dengan pikiran itu kita memiliki kesempatan dalam membangun diri.
“Ibarat jika orang kulit putih bisa kenapa orang kulit hitam tak bisa? Makanya hal itu yang kita berikan pemahaman kepada pemuda Papua sekarang ini bahwa saat ini perbedaan diantara kita sudah tak perlu lagi ada namun kita harus menjalin kebersamaan selama hidup ini,” tegasnya.
Lanjutnya, di Indonesia sebagai masyarakat Papua juga telah diperlakukan secara bersama dengan yang lainnya sehingga saat ini sudah tak perlu lagi ada pikiran-pikiran separatis, anarkis untuk berdemo bahkan saling membenci. Namun mahasiswa Papua yang memiliki skala berpikir yang lebih pintar dan cerdas untuk tidak lagi ikut ajak-ajakan yang merugikan.
Makanya, melalui kegiatan tersebut pihaknya mencoba melakukan penyatuan persepsi cara berpikir positif dalam bangsa dan negara Republik Indonesia.
“Tujuannya, mendorong timbulnya pikiran positif bahwa pemuda Papua adalah pemuda Indonesia sehingga tak boleh terlibat dalam hasutan-hasutan atau ajakan menjelang 1 Desember bersifat anarkis karena dapat menggangu banyak pihak termasuk diri mahasiswa itu sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pemuda Adat Papua, Jan Christian Arebo mengajak pemuda Papua untuk menjadi bagian dalam hal sebagai penerus perjuangan bangsa Indonesia yang mana tugasnya adalah menjaga Papua ini tetap dalam bingkai NKRI.
“Semangat Itu yang harus terus kita gelorakan supaya didalam hati sanubarinya terpatri NKRI harga mati khusus menjelang 1 Desember. Harus digelorakan sehingga pola stigma pemuda bisa terubah dan tak lagi bisa dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan